Sunday, 26 October 2008 18:49
Transplantasi stem sel menjadi solusi mutakhir bagi
penyakit-penyakit berat.
Teknik pengobatan dalam dunia
kedokteran terus berkembang. Seakan tidak ingin dikalahkan penyakit berat, para
peneliti mengembangkan proyek-proyek penelitian demi mencari pengobatan terbaik
bagi kesehatan manusia, salah satunya transplantasi stem sel.
Salah satu tujuan dibuat stem sel adalah untuk keperluan
riset agar para ahli makin mengenali proses perkembangan awal kehidupan manusia
yang tidak dapat diamati di rahim. Stem sel juga digunakan untuk riset,
percobaan obat-obat baru untuk mengetahui kemujarabannya beserta efek sampingnya,
dan terapi gen.
Stem
sel atau sel induk adalah sel yang dalam perkembangan embrio manusia menjadi
sel awal yang tumbuh menjadi berbagai organ manusia. Stem sel memiliki
kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel matang, misalnya sel
saraf, sel otot jantung, sel otot rangka, dan sel pankreas. Stem sel juga mampu
meregenerasi dirinya sendiri. Menurut The Official National Institute of Health
Resource for Stem Cell Research, stem sel ini ditemukan dalam berbagai jaringan
tubuh.
Berdasarkan
sumbernya, sel induk dibagi menjadi zigot, yaitu tahap sesaat setelah sperma
bertemu sel telur. Adapun stem sel embrionik adalah sel yang diambil dari inner
cell mass, suatu kumpulan sel yang terletak di satu sisi blastocyst yang
berusia lima hari dan terdiri atas seratus sel. Sel ini dapat berkembang biak
dalam media kultur optimal menjadi berbagai sel, seperti sel jantung, sel
kulit, dan saraf.
Sumber
lain adalah stem sel dewasa, yakni sel induk yang terdapat di semua organ
tubuh, terutama di dalam sumsum tulang dan berfungsi untuk memperbaiki jaringan
yang mengalami kerusakan. Tubuh kita mengalami perusakan oleh berbagai faktor
dan semua kerusakan yang mengakibatkan kematian jaringan dan sel akan
dibersihkan. Stem sel dewasa dapat diambil dari fetus, sumsum tulang, dan darah
tali pusat.
Sel
induk embrionik maupun sel induk dewasa sangat besar potensinya untuk mengobati
berbagai penyakit degeneratif, seperti infrak jantung, stroke, parkinson,
diabetes, berbagai macam kanker; terutama kanker darah dan osteoarthritis. Stem
sel embrionik sangat plastis dan mudah dikembangkan menjadi berbagai macam
jaringan sel sehingga dapat dipakai untuk transplantasi jaringan yang rusak.
Keuntungan
sel induk dari embrio di antaranya ia mudah didapat dari klinik fertilitas,
bersifat pluripoten sehingga dapat berdiferensiasi menjadi segala jenis sel
dalam tubuh, berumur panjang karena dapat berpoliferasi beratus kali lipat pada
kultur, reaksi penolakan juga rendah. Namun, sel induk ini berisiko menimbulkan
kanker jika terkontaminasi, berpotensi menimbulkan penolakan, dan secara etika
sangat kontroversial.
Sebenarnya
transplantasi stem sel bukanlah teknik pengobatan baru di dunia kedokteran.
Lebih dari 70 tahun lalu, teknik ini telah dicoba pada pasien, yang hingga saat
ini berjumlah 5 juta orang. Teknik transplantasi stem sel ini tidak selalu
berhasil. Kesulitan mencari mamalia yang sehat dan tidak berpotensi menyebarkan
penyakit dan kesulitan menciptakan stem sel yang dapat beradaptasi dengan
sistem imun penerima menjadi masalah umum pengobatan ini.
Prof
Michael Molnar, ilmuwan Amerika yang menciptakan stem sel dari seekor kelinci
pada 1998 mengatakan mamalia seperti kelinci memiliki jenis sel yang serupa
dengan manusia. Tak sembarang kelinci, kelinci yang diambil selnya adalah
pilihan yang telah diteliti selama 30 generasi.
Dalam seminar Stem Cell
Transplantation sebagai Alternatif Terapi Pengobatan Berbagai Penyakit (13/10),
Prof Molnar menjelaskan hasil riset bersama tim di Bio-Cellular Research
Organization (BCRO) di Swiss sejak 1976 dengan menerapkan good manufacturing
practice (GMP) dan pengalaman klinis transplantasi. Ia menyimpulkan setiap
pasien dengan penyakit berat perlu diberi rangsangan untuk regenerasi sel dari
organ yang rusak.
Sampai saat ini
lebih dari 5.000 pasien dari seluruh dunia telah menerima transplantasi stem
sel dari organisasi penelitian bioselular bimbingan Prof Molnar ini. Managing
Director BCRO Indonesia dr. Suharto mengatakan stem
sel yang akan ditransplantasikan, dimasukkan ke dalam tubuh manusia melalui
injeksi pada organ yang selnya akan diganti.
Kabar
gembiranya, kini di Indonesia terapi transplantasi stem sel sudah dapat
dilakukan di sebuah rumah sakit swasta di Jakarta Selatan sejak awal tahun ini.
Ketua Tim Transplantasi RS Pondok Indah Jakarta Dr Mulyono S mengatakan, hingga
saat ini telah melakukan transplantasi stem sel kepada 18 pasien yang sebagian
besar penderita Diabetes Mellitus.
Dr.
Suharto menambahkan, Majelis Ulama Indonesia tidak melarang sistem pengobatan
stem sel karena menggunakan sel binatang halal (kelinci). Keunggulan lainnya,
stem sel kelinci temuan Prof Molnar sangat adaptable (mudah beradaptasi) dengan
tubuh manusia.
Pengobatan
transplantasi stem sel selangkah lebih maju dibandingkan transplantasi organ
secara langsung. Pada transplantasi organ perlu diperhatikan risiko operasi
pembedahan, keterbatasan pendonor, dan reaksi penolakan si penerima organ.
Khusus untuk mengatasi reaksi penolakan, si penerima diwajibkan makan obat
penekan imunitas/immunosupresan seumur hidup.
Sedangkan
pada transplantasi stem sel reaksi penolakan tidak terjadi. Otomatis, pasien
tidak perlu mengonsumsi obat immunosupresan. Kehadiran terapi transplantasi
stem sel ini membawa harapan baru pada pasien penyakit berat antara lain
diabetes tipe 2 dan campuran, down syndrome, infertilitas, defisiensi hormon,
penyakit autoimun, parkinson, kelainan defisiensi imunitas seperti AIDS bahkan
kanker.
“Walaupun
transplantasi stem sel adalah pilihan pengobatan terakhir. Bukan berarti stem
sel adalah ‘obat dewa’ yang dapat menyembuhkan semua jenis penyakit,” kata Prof
Molnar. Dia mencontohkan pada kasus penyakit jantung koroner. Terapi stem sel
tidak dapat mengatasi penyumbatan darah pada koroner. Yang dapat dilakukan
adalah regenerasi sel pada jaringan otot jantung yang rusak dan merangsang
pembentukan pembuluh darah baru (angiogenesis). Stem sel dapat ditanam pada
salah satu cabang arteri koronaria yang tersumbat atau dengan pendekatan
angiography ke dalam otot jantung yang mengalami kerusakan.
Keberhasilan
terapi transplantasi stem sel sangat tergantung dengan kondisi pasien. Setiap
penerima donor wajib menjalani prosedur detoksifikasi dengan cara tidak
mengonsumsi obat, alkohol, rokok, dan tidak tinggal di daerah yang energi
elektromagnetiknya kuat. “Penerima stem sel harus memiliki lingkungan sesehat
mungkin agar stem sel yang ditanam dapat hidup. Mengingat stem sel itu adalah
sel muda yang sangat sensitif terhadap segala jenis toksin. Penanaman stem sel
harus sesegera mungkin karena hanya bertahan selama tiga hari. Penerima stem
sel perlu dirawat pasca transplantasi selama 10 hari.” urai dr Suharto.
Mengingat
prosedurnya yang sulit dan tingkat keakuratannya yang tinggi, transplantasi
stem sel tentu tidak murah. Tapi bila dibandingkan dengan transplantasi organ
yang mengeluarkan biaya operasi pembedahan dan pembelian obat immunosupresor
seumur hidup, rasanya transplantasi stem sel menjadi lebih hemat.
Ironisnya di negara asal penelitian BCRO, Swiss, transplantai stem sel banyak dipalsukan. Oknum tenaga farmasi sering mengaku memiliki bahan sel berwujud padat buatan Jerman, yang akan mencair bila sudah berada di dalam tubuh. Penyuntikan zat yang seolah-olah stem sel ini pastinya tidak akan hidup dan tidak ada manfaatnya. DGR (Berita Indonesia 61)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar